Senin, 28 Oktober 2013

Budaya Membaca – Budaya Menulis- Yok Membaca, Yok Menulis

Budaya Membaca – Budaya Menulis - Yok Membaca, Yok Menulis
ayo menulis
Yok Menulis
Umat ini perlu belajar banyak dari para pendahulu, belajar banyak dari para salafus sholih. Belajar bagaimana mereka mengimplementasikan ayat demi ayat yang mereka pelajari dan mereka dapatkan. Masih ingat bukan bagaimana Umar Ibnul Khattab menghafalkan Alquran? (Emang saya pernah bilang ya? Hehehhe…). Coba silahkan ditelusuri, saya juga cuma pernah membaca sepintas, bahwa apa yang beliau hafalkan adalah apa yang beliau radiallahu’anhu laksanakan. Maksudnya beliau akan hafalkan ayat-ayat berikutnya setelah ayat-ayat sebelumnya sudah hafal dan dilaksanakan. Masyaallah.

Untuk kita bagaimana ya? Sejauh mana hafalan kita, sejauh mana pemahaman kita, dan sejauh mana hukum Alquran kita terapkan dalam kehidupan kita? Bahkan, sudahkan kita membaca Alquran pada hari ini? Bagaimana terjemahannya? Apakah juga kit abaca. Saya tidak yakin, 10 persen yang membaca tulisan ini paham bahasa Arab, bahasa Al-quran, hehehe… Saya juga belum paham sodara-sodara. Yang paham bahasa Arab bolehlah berbagi. Bahasa Inggris saja bisa mewabah ya les/kursusnya. Mengapa bahasa Arab nggak ya? Padahal kan itu bahasa Alquran? Tanya kenapa?

Kembali ke menulis dan membaca, membaca dahulu ya – jadi para tawawan perang dahulu, jaman nabi, akan diberikan kebebasan jika mampu mengajarkan baca tulis. Cobalah baca kisah-kisah dalam sirah, banyak pelajaran berharga yang patut kita contoh. Bagaimana generasi awal umat Islam menghafalkan Alquran dan hadits dari nabi shallalahu’alaihi wasalam. Menghafal dan melaksanakannya. Generasi awal umat Islam adalah generasi terbaik umat ini. Mereka sudah dipilih Allah subhanahuwata’ala untuk mendampingi utusanNYA yang mulia. Mereka terbaik karena kebersihan hati mereka, tekad kuat hati mereka memegang teguh agama ini. Nama mereka harum bukan karena hartanya, tapi karena meninggalkan kisah hidup yang sampai saat ini tiada dua untuk urusan iman dan amal.


Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyuruh Abdullah bin Mas’ud memanjat sebuah pohon untuk memetik buahnya, ketika para sahabat melihat betis kakinya mereka tertawa, maka Rasulullah saw bersabda : “Apa yang kalian tertawakan? sungguh kaki Abdullah bin Mas’ud lebih berat timbangannya pada hari kiamat dari siapapun”. (HR. Ahmad, Ibnu Sa’ad dan Abu Na’im) --- diambil dari http://kisahislami.com/abdullah-ibnu-masud/.



Al-Qalam- Mohammed Taha Al-Junaid

Bahkan, jangan lupa lho, di Alquran, ada satu surat, namanya surat Alqolam (pena). Masyaallah. Coba lihat surat ke-68. Masyaallah. Ayo menulis, ayo membaca. Menulis tanpa membaca juga akan kosong apa yang ditulis. Membaca tanpa menulis, kasihan mengendap itu ilmu hanya untuk dirimu sendiri.

Bayangkan, misalnya Bang Andrea Hirata nggak nulis itu cerita untuk gurunya, Bu Muslimah, dan dibawa saja ceritanya, nggak ditulis-tulis, maka niscaya kita gak bisa tahu nama ibu gurunya adalah bu Muslimah. Lho... Maksudnya indahnya pulau Belitong, indahnya epik Laskar Pelangi pasti jauh dari cakrawala di dunia pikiran kita. Buat yang hobi travelling, pengen nggak sih maen pasir di pulau Belitong yang indah itu? Membacanya saja udah membuat kita pengen kesana, apalagi liat pelemnya, hehehe... Maka, jadilah sutradara :D - Maksudnya menulislah. Sebagai kenang-kenangan bahwa kita pernah ada di dunia ini.

Terima kasih,
Salam,

Eko Andrianto
@masekoandri

Some source: http://kisahislami.com/abdullah-ibnu-masud/
picture: majalahmaharti.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar