Kamis, 28 November 2013

Nasabah KPR Mulai Berhemat

Nasabah KPR Mulai Berhemat

Ayo Berhemat...
(Ini tulisan copy dari kompas.com ya...). Coba lihat ini...
Nasabah KPR Mulai Berhemat
Nasabah kredit pemilikan rumah, atau KPR, mulai merasakan kenaikan suku bunga. Pengeluaran rumah tangga ditata ulang, ikat pinggang dibelit, agar kenaikan cicilan bulanan KPR tidak menggerus kebutuhan primer.

Naiknya suku bunga KPR itu seiring dengan kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate, yang pada Juni-November 2013 mencapai 175 basis poin. Saat ini, BI Rate sebesar 7,5 persen.

Eko, karyawan swasta, sudah sekitar tiga bulan ini harus menata ulang biaya rumah tangga. Cicilan KPR yang semula Rp 3,2 juta per bulan naik menjadi Rp3,6 juta per bulan. Kenaikan cicilan itu akibat kenaikan suku bunga mengambang. "Ditambah kenaikan harga barang dan biaya ini-itu, jadi sangat terasa. Terpaksa berhemat di kebutuhan tersier, seperti sarana komunikasi, kata Eko, di Jakarta, Selasa (26/11).
Dadan lain lagi, Cicilan KPR yang semula tetap selama dua tahun mulai mengikuti suku bunga mengambang sejak Juli 2013. Kebetulan, bertepatan dengan mulai merangkaknya suku bunga pinjaman.

Saat periode suku bunga tetap, karyawan swasta itu mendapatkan bunga KPR 9 persen. Selepas suku bunga tetap, kini suku bunga KPR 13 persen.

Kini, Dadan harus mencicil KPR sekitar Rp 5,5 juta per bulan, naik Rp 1 juta dari cicilan saat suku bunga tetap. Sedihnya, dari Rp 5,5 juta itu, sekitar Rp 3,5 jutanya untuk bunga pinjaman. ''Bayangkan, berapa banyak bunga yang didapat bank dari KPR nasabah,'' ujar Dadan.

Adapun Darn, karyawan swasta, baru saja mendapatkan surat dari bank pemberi KPR Surat itu memberitahukan bahwa masa cicilan tetapnya berakhir. Sekaligus memberitahukan tentang suku bunga mengambang yang berlaku saat ini.

Selama dua tahun dengan suku bunga tetap 9,9 persen, Daru membayar cicilan KPR sebesar Rp 2,2 juta per bulan. Namun, saat berlaku suku bunga mengambang, ia dibebani bunga 13 persen. Kini Daru membayar cicilan KPR Rp 2,8 juta per bulan, naik Rp 600.000. ''Ini cukup berat,'' ungkap Daru.

Bank Pembangunan Asia mengelompokkan kelas menengah berdasarkan pengeluaran, yakni 2-20 dollar AS per hari Dengan asumsi Rp 11.000 per dollar AS, mereka yang pengeluarannya Rp 22.000-Rp 220.000 per hari bisa menempatkan diri dalam kelompok ita

Tambahan cicilan Daru Rp 600.000 per bulan itu bisa disetarakan dengan pengeluaran selama 2,7 hari hingga 27 hari. Yang terjadi, baik Daru maupun Dadan harus bersiasat untuk mengalokasikan dana dari pos lain ke pos cicilan KPR Mau tidak mau, sebagai nasabah, Eko, Dadan, dan Daru harus tepat waktu bayar cicilan.

Perhitungan suku bunga KPR”yang umumnya berjangka waktu panjang”memang tak semata-mata berdasarkan BI Rate. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengakui, faktor penting penentuan suku bunga pinjaman, termasuk KPR adalah kebutuhan dana pihak ketiga. Saat ini, porsi dana murah BCA”tabungan dan giro”cukup besar sehingga BCA bisa memberikan bunga pinjaman cukup rendah.

''Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali menyebutkan, penentuan suku bunga KPR mempertimbangkan BI Rate dan imbal hasil obligasi. Namun, pemicunya BI Rate,'' ujar Ali.

Pada data suku bunga dasar kredit (SBDK), memang terlihat kenaikan SBDK KPR sejumlah bank. Umumnya, kenaikan itu bervariasi, tetapi terjadi pada kurun Juli-Oktober 2013. Besaran SBDK juga cukup jauh dari suku bunga riil yang ditanggung oleh nasabah. SBDK memperhitungkan biaya dana, biaya operasional, dan margin. Namun, SBDK belum memperhitungkan risiko nasabah.

Berkaca dari hal ini, penjelasan Sigit Pramono, Ketua Umum Perhimpunan Bankbank Umum Nasional, mulai terbukti. Bunga KPR akan naik lebih dulu mengikuti kenaikan BI Rate. Pasalnya, selama ini suku bunga KPR cukup rendah.

Merujuk pendapat Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan, kenaikan suku bunga berdampak cukup luas. Apalagi, jika pemerintah tidak bergerak dan melakukan tindakan apa pun untuk menjaga defisit transaksi beijalan. Apalagi, untuk memperlancar distribusi guna menekan inflasi. Hanya bergantung pada kebijakan moneter.

Jika tidak ada reformasi apa pun dari pemerintah, perbaikan tak akan ada. Suku bunga tetap tinggi. Masyarakatlah yang kini sedang menanggung bebannya. 
=====
So? ayo take over ke KPR Syariah...
salam,
Eko Andrianto
picture taken from: kidslocal.in
article from: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar