Rabu, 17 September 2014

Mengapa Pembiayaan (Kredit) di Bank Syariah Mahal?

pembiayaan bank syariah
Pembiayaan (Kredit) Mahal?
Mengapa Pembiayaan (Kredit) di Bank Syariah Mahal?
Ini pertanyaan yang diajukan beberapa teman saya. Pertanyaan pribadi sebenarnya, terkait kredit pribadi juga, macam KPR. Namun bisa jadi ini pertanyaan jeneral buat temen-temen semua.

Baiklah kita lihat satu persatu. Pertama, soal kredit, KPR misalnya, biasanya dilihat dari cicilan. Bank umum, mungkin 1-2 tahun cicilan tetap, dan terlihat murah. Bank syariah, cicilan tetap sampai dengan selesai, 10 atau 15 tahun. Cicilan tetap, tidak berubah. Biasanya memang lebih mahal. Namun, itu tetap, karena memang akad jual beli. Jadi cicilan tetap. Demikian.

Yang berikutnya, mengapa untuk kredit yang lain, modal usaha misalnya, juga lebih mahal dibanding bank umum? Jawabannya bisa jadi ada beberapa. Ini juga terkait tentang seberapa besar aset yang dimiliki bank. Dan darimana sumber pendanaan bank. Apakah dana mereka – bank – adalah dana mahal, atau dana murah? Dana mahal itu misalnya dana deposito, itu dana mahal. Dana pemerintah, jangan lupa ya… itu juga dana mahal. Dana haji yang diamanahkan pemerintah dikelola bank syariah, itu dana mahal. Paling tidak jika disetarakan bagi hasil untuk simpanan dana haji itu 8-8.5%. Bank syariah lain bahkan konon bisa lebih, 9-10%. Itu mahal.

Jika dana simpanan nasabah diberikan 8%, atau 9%, berapa margin kredit yang bisa diambil bank, yang dibebankan ke nasabah? Tentu secara logika harus lebih mahal bukan? Paling tidak 11-12%, bahkan bisa jadi 13-14%. Ya iyalah, ini kan spread keuntungan bank, margin bank, untuk membiayai operasional bank dan lain-lain. Begitu. Jadi jika komposisi dan mahal di bank besar, otomatis kredit yang diberikan ke nasabah juga tinggi, mahal. Begitu. Sementara, haqqul yaqin, karena limpahan dana haji itu, bank syariah kebanyakan dana mahal. Jadi harap maklum jika kredit jadi mahal… Correct me if I’m wrong.

Masalah mind set nasabah juga jadi persoalan. Bukankah tahunya nasabah bahwa deposito bagi hasilnya tinggi, kalo bisa setinggi-tingginya bagi hasil deposito. Apalagi sekarang, era likuiditas sangat ketat, bank umum pun, jor-joran memberikan ‘bunga’ dengan tuinggi-tuingginya… Apalagi asset bank syariah, saat ini diseputaran 5%an, kurang. Berhadapan dengan asset perbankan umum… jauhlah. Hanya 5% kurang lho asset seluruh bank syariah di Indonesia. Plus dengan dana yang mahal… ampun dj… Kemana arah perbankan syariah negeri ini… Mau mengejar asset bank umum, berat juga jika memang stimulus dari pemerintah, push-nya kurang, mau kemana lagi arah berkembangnya….?

Nah terhahir… Ini mungkin agak bisa jadi solusi buat temen-temen semua… ini juga persoalan yang yang ditanyakan teman saya. Mengapa biaya administrasi bank syariah juga mahal…? Padahal sih sebenarnya masih jauh lah, jika soal admin dibandingkan dengan admin dengan bank umum. Biaya administrasi maksudnya. Paling-paling bank syariah, soal admin di seputaran 5000-6000 perak. Nah ada solusi, yaitu dengan simpanan titipan (wadiah). Ingat ya, wadiah, titipan. Jika selama ini tabungan Anda adalah tabungan mudhorobah, cobalah tanyakan simpanan titipannya. Biasanya sih semacam no administration fee dah… Fee admin ada sih, tapi biasanya tidak mengganggu pokok simpanan Anda. Nyimpen sejuta, ya sejuga juga akhirnya, kagak kurang-kurang kalo gak diambil… hanya, memang untuk bagi hasil simpanan titipan ini gak dapat. Kalaupun dapat, itu namanya bonus… Tapi jangan khawatir ya… bonusnya biasanya ada sih setiap bulan… nah kan…!

So, solusi sedikit untuk permasalahan dana mahal bank, biasakanlah untuk hanya menempatkan rekening Anda di bank syariah dengan nama rekening titipan. Titip saja, gak pake minta-minta bagi hasil… kasihan mereka yang mau usaha, mau kredit rumah, harganya jadi mahal…
Semoga bermanfaat…
Maaf jika meracuni… :D
Salam
@masekoandri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar